Membayangkan kata "leluhur" pikiran kita akan terbang di masa lampau sambil mengingat-ingat, ya minimal kita akan terbayang wajah kakek-nenek kita atau buyut kita. Bersyukurlah anda jika masih bisa mengingat wajah kakek-nenek anda karena ada diantara teman-teman kita sama sekali tidak mengenal kakek-neneknya bahkan orangtuanya.
Bagi orang yang beragama Hindu di Bali, mengetahui leluhur adalah wajib hukumnya. Entah itu mitos atau pernah tertulis di sastra, orang Bali sekarang mulai menggali soroh/klan/warga (kelompok yang berasosiasi kepada leluhur)-nya di luar konteks sistem kasta(yang berimplikasi negatif bagi penganut agama lain tentang agama Hindu). Kami disini tidak memaparkan kasta! hanya membahas leluhur yang memang akan bersinggungan dengan soroh(kelompok).
Kembali ke pencarian leluhur, bagi orang Bali ketidaktahuan keberadaan leluhur bisa menimbulkan malapetaka seperti kacaunya rumah tangga, sakit(non medis) atau perpecahan antara keluarga. ketidak tahuan kita tentang keberadaan leluhur menyebabkan kita akan kebingungan ketika akan pedek tangkil (bersembahyang) ke Pura Besakih terutama ke Pedharman(tempat persembahyangan kepada leluhur yang merupakan manifestasi Tuhan Yang Maha Esa). Pada tulisan kami coba paparkan apa pengaruh keberadaan leluhur bagi diri kita, yang dilihat dari kaca mata Veda(sastra), Ilmiah dan Tutur Wedangga.
Sejarah Penghormatan Leluhur
Sebelum lahirnya "agama" sebagai pengikat kehidupan manusia, sesuai catatan sejarah manusia mempunyai sistem kepercayaan/religi yang memuja sosok leluhur (dinamisme) yang sampai sekarang masih dipraktekan umat manusia di dunia terutama di agama "timur" dan suku-suku pedalaman. Apakah itu salah? mari kita diskusikan. Bayangkan anda lahir ribuan tahun yang lalu-jaman batu/perunggu, dimana kata "agama" masih belum lahir (ya iyalah). Manusia masih hidup mengelompok yang dipimpin oleh Kepala Suku dan dukun (shamanic) orang yang mengerti dengan alam lain. Tentu ini masuk logika setelah berhasil menaklukan alam yang ganas tentu manusia akan mencari identiats dirinya, gampangnya setlah urusan perut terpecahkan manusia akan menggali potensi dirinya bahkan memikirkan masa depan dll.
kematian merupakan hal yang paling ironi dalam kehidupan manusia, karena kita kehilangan seseorang yang pernah kita kenal ata bahkan memelihara kita sedari kecil. Ironis memang tapi begitulah hidup. manuisa jaman dulu memandang bahawa kematian bukanlah akhir. karena para dukun( shamanic) bisa berkomunikasi dengan roh-roh tersebut. Menurut mereka leluhur itu hanya pindah ke a
lam lain.
Seperti pepatah "manusia mati meninggalkan nama, gajah mati meninggalkan gading dan harimau mati meninggalkan belang", begitu pula dengan leluhur setelah kematiannya kita akan mengingat kenangan bersamanya. Tentu jasa-jasa mereka dalam konteks eksistensi/keadaan sekarang. Kita tentu tidak bisa menjadi manusia yang tidak tahu berbalas budi atau egois hanya memikirkan diri kita sendiri atau keadaan kita sekarang. Tanpa mereka kita tidak ada!
Seiring waktu pemikiran manusia berkembang dan agamapun dikenal. Kepercayaan terhadap leluhur ini tidak lekang dibeberapa ritual keagamaan. Timbul istilah "Tuhan" yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah orang tua kita sendiri. Kenapa? tentu karena orang tualah kita bisa hidup menjadi makhluk yang paling sempurna diantara makhluk dibumi ini(katanya). Jadi doa orang tua (terutama ibu) kepada anaknya adalah paling mulia dibandingkan doa para pendeta (katanya juga). Sebagai insan yang ngakunya beragama kita tidak bisa mengklaim telah rajin beribadat ritual agama, tirtayathra ke tempat-tempat suci atau hapal seluruh kitab suci tapi tidak pernah mengingat orang tua kita. Sangat ironis, bagaikan kita secara egois mengumpulkan p
ahala bagi diri kita sendiri untuk masuk sorga (atau bahkan moksa) sedangkan kita membiarkan orang tua terpanggang di neraka (adilkah itu?) Apapun perlakuan orang tuamu terhadapmu tidak otomatis membuat kamu harus memalingkan muka terhadap mereka, ingat tanpa mereka kamu tidak akan mengenal dunia.
Berbicara masalah sorga neraka yang masing-masing agama mempunyai penjabaran yang berbeda, namun pada umumnya fungsinya tetap sama. sorga=tempat berbahagia, neraka=tempat siksaan. Menurut Hindu Bali keharusan anak kepada orang tuanya adalah di saat kematian yaitu ngaben-nyekah-ngelinggihang di Rong Telu. jadi diumpamakan tubuh orang yang telah mati telah di kembalikan kepada asalnya (panca Maha Bhuta) semesta, sedangkan roh akan distanakan di pura keluarga/sanggah dan bergelar Bethara.
Tapi ada satu keterbatasan kita untuk mengetahui apakah leluhur kita sudah bertempat di pura keluarga/sanggah, sudahkah moksa atau bagaimana keadaannya sekarang. Syukur-syukur telah dapat sorga, bagaimana kalo dapet neraka atau masih berada di dunia antara menjadi "roh penasaran". Tanda-tandanya konon ada perpecahan keluarga, salah satu anggota keluarga dijangkiti penyaki "aneh", kesialan, kemelaratan dll. Kelihatan seperti suatu energi buruk yang dikirimkan ke anggota keluarganya dari alam sana. jadi rajin-rajinlah bersembahyang di pura-pura pertama mendoakan leuhur dulu, karena apa? dengan sembahyang kita dapat mengirimkan energi positif untuk menetralisir energi buruk roh leluhur samapi akhirnya habis dan bersih. Energi buruk itu apa? eneri yang ditimbulkan dari perbuatan leluhur semasih hidup, utang dll. begitu juga sebaliknya jika leluhur kita dulu mengumpulan energi yang baik kita akan mendapatkannya sekarang, bahkan ada keturunannya akan menjadi spiritualis(mangku dll), nasib baik dll , karena eneri positif yang banyak masih tersisa dari
leluhur. jadi semasih hidup kumpulkanlah energi yang positif sebanyak-banyaknya!
Leluhur dan DNA
Kalau dipikir-pikir kok bisa ya leluhur ngelihat keturunannya? emang disana sama dengan keadaan disini? Hmm ingatlah didarah anda ada unsur yang mengikat anda dengan leluhur dan energi ini yang mengikat anda. Ah klenik, mistik, Tidak ilmiah! siapa bilang sabagi insan bergama yang berpendidikan(katanya) jangalah awidya (kegelapan/kebodohan) dan ahamkara(ego/kepentingan) menghalangi anda untuk mencari kebenaran. Unsur tersebut dinamakan DNA/RNA. Berikut penjelasannya secara ilmiah dan kaitannya dengan dunia spiritual.
DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) adalah molekul asam nukleat yang di temukan oleh James Watson dan Francis Crick pada tahun 1955 terdapat dalam inti (nucleus) setiap sel dari ratusan trilyun sel dalam tubuh setiap orang. Sebagaimana telah dikatakan didepan, pada DNA terkandung gen yang menentukan sifat-sifat dan wujud pisik makhluk hidup.
Informasi dalam DNA be-rupa kode genetika me-liputi informasi desain 260 tulang, 600 otot jaringan, 10.000 otot pendengaran,
2 juta saraf penglihatan, 100 milyar sel saraf, 130 milyar meter pembuluh darah dan sekitar 100 trillyun sel tubuh.
Dalam tubuh setiap orang terdapat sekitar 200 ribu gen. Satu molekul protein ber-ukuran sedang bisa terdiri dari sekitar 300 asam amino. DNA yang mengatur protein ini bisa memiliki 1.000 nucleida pada rantainya. Oleh karena terdapat 4 macam nucleida pada satu rantai DNA, maka satu rantai DNA bisa tersusun dalam 4 atau 10 bentuk.
RNA (Ribo Nucleic Acid) adalah jenis molekul asam nukleat lain yang mengandung informasi tentang struktur protein. Bagaimana molekul DNA dan RNA ter-bentuk sehingga keduanya bisa menjadi semacam “Bank Data” bagi tubuh, belum bisa dijelaskan alias masih merupakan misteri.
Perobahan DNA menjadi RNA dan RNA menjadi protein terlaksana menurut tahap-tahap aturan amat terkendali sehingga semua jenis molekul pe
mbentuk sel tetap ber-fungsi dan berhubungan secara harmonis antara satu dengan yang lain. Fakta inipun masih menjadi misteri.
Yang jelas, DNA bukanlah molekul sadar sumber kehidupan dan menyebabkan tubuh hidup. Ia hanyalah semacam sarana pembawa dan penyimpan data tentang tubuh. Sama sekali tidak lebih dari itu.
Pada abad ke-19 sel hanya dianggap sebagai “A bag of chemical element”, sekumpulan unsur-unsur kimia. Dikatakan ia terbentuk dari proses tarik menarik yang melahirkan kemampuan “mengatur diri” diantara molekul-molekul pembentuknya.
Tetapi kini, dengan menggunakan mikroskop elektron diketahui bahwa se buah sel adalah struktur molekul-molekul yang amat rumit alias komplek.
Struktur satu sel tidak kurang komplek dari satu kota metropolitan. Ia memiliki prosedur operasional, sistem transport dan komunikasi, sistem management dan saluran irigasi, sistem pembangkit tenaga, pabrik-pabrik enzim, hormon, vitamin, Bank data dan sebagainya.
1. Ribosom menghasilkan molekul protein sesuai dengan kode informasi dalam RNA. Ribosom memiliki struktur rumit.
2. Endoplasmic reticulum terdiri dari banyak membran rumits dan membentuk ruangan guna memadukan dan mengangkut senyawa yang dihasilkan oleh sel.
3. Nucleus mengandung DNA dan padanya terkode ciri dan sifat turunan. Ia memuat perintah operasional sel dan kelangsungan hidup sel.
4. Nucleolus adalah pabrik untuk memproduksi sebagian ribosom.
5. Microtubules adalah ruangan kerja rumit yang memberi bentuk pada sel dan memungkinkan sel secara sistematik bergerak dan berobah wujud.
6. Cilia, struktur berbentuk cemeti untuk berenang yang bergerak sesuai maju-mundurnya batang- batang yang ada didalamnya.
7. Lysosome mengandung enzim yang menghancurkan materi-materi tak berguna dalam sel.
8. Chloroplast adalah pabrik kimiawi rumit yang melaksanakan proses potosintetis yakni menyimpan tenaga surya dalam wujud molekul-melokul gula.
9. Membran seluler dilengkapi dengan banyak molekul protein rumit yang mengatur keluar-masuknya molekul dari dan kedalam sel. Ia bertindak sebagai sensor yang memberitahu sel tentang kondisi di luar.
10. Mitochondria adalah pabrik kimiawi yang menghasilkan energi bagi sell dengan melebur molekul-molekul yang jadi makanan. (bersambung-research2)
SUMBER : PESRAMAN BATU MADEG
MEDIA INFORMASI AJARAN LELUHUR HINDU DHARMA MELALUI GARIS PERGURUAN BHUJANGGA DHARMA INDONESIA MELIPUTI MAHARSI MARKHANDYA, MAHARSI MATHURA, DAN IDA RSI BHAGAWANTA MUSTIKA.
Om namā bhujanggā bħuddayā.
Om awighnam astu namā śidyam. Om prânamyam sirā sang widyam, bhukti bhukti hitartwatam, prêwaksyā tatwam widayah, wişņu wangsā pādāyā śiwanêm, sirā ghranā sitityam waknyam. Rajastryam mahā bhalam, sāwangsanirā mongjawam, bhupa-lakam, satyamloka. Om namadewayā, pānamaskaraning hulun, ri bhatarā hyang mami. Om kara panga bali puspanam. Prajā pasyā. nugrah lakam, janowa papā wināsayā, dirgha premanaming sang ngadyut, sembahing ngulun ri sanghyang bhumi patthi, hanugrahaneng hulun, muncar anākna ikang tatwa, prêtthi entananira sang bhujanggā wişņawa, tan katamanan ulun hupadrawa, tan kêneng tulah pāmiddi, wastu pari purņā hanmu rahayu, ratkeng kulā warggā sāntanannirā, mamastu jagatitayā. Ong namasiwaya, ong nama bhuddayā. Om namā bhujanggā bħuddayā.